Mengapa tubuh kita perlu probiotik atau mikroorganisme (mikroba) hidup, bahkan nanoba (nano bakteri) ?
Sejak dalam kandungan, hidup manusia bergantung pada mikroba. Kelahiran normal tentu menambah mikroba baik pada bayi dibandingkan kelahiran secara C-section.
Komposisi mikroba kita ditentukan dari faktor lingkungan, pola makan, pengobatan, pola hidup, tingkat stress. Komposisi mikroba kita juga menentukan kondisi kesehatan dan penyakit yang diderita.
Komposisi mikroba pada tubuh kita juga dapat disebut Mikrobioma, atau Microbiota.
Silakan simak video berikut:
(Bisa setting subtitle Bahasa Indonesia untuk mempermudah memahami materi)
Menurut Prof. dr. Pratiwi P. Sudarmono, Ph.D, Sp.MK(K), kumpulan dari triliunan mikroorganisme yang mendiami tubuh manusia inilah yang dinamakan mikrobioma.
Mikrobioma dalam tubuh manusia terdiri dari bakteri, virus, dan eukariota. Rasio sel yang dimiliki oleh mikrobioma ini 10 kali lebih besar dari sel tubuh manusia. Rasio gennya pun 200 kali lebih besar dari gen manusia.
Pratiwi menjelaskan, “Bayi yang masih dalam kandungan itu steril, tak satu pun bakteri ada di ususnya. Namun ketika proses kelahiran, bakteri tertentu di organ vital sang ibu berkurang dan bayi menyerapnya seperti sponge.”
Jenis bakteri yang diserap oleh bayi ini kemudian berperan penting dalam menentukan kesehatannya di masa depan. Ada bakteri yang membuat bayi mengidap jenis alergi tertentu atau berpotensi mengidap penyakit tertentu.
Hal ini membuat Pratiwi mengimbau peserta perempuan yang hadir di kuliah umum itu untuk selalu menjaga kesehatan organ reproduksinya.
Seiring perkembangannya, komposisi mikrobioma di tubuh manusia terus berubah sehingga tak ada satu pun manusia yang memiliki komposisi mikrobioma yang sama dalam tubuhnya.
Ketika bayi mulai mengonsumsi makanan padat, jenis bakteri di ususnya berganti jenis.
Orang yang mengalami obesitas pun cenderung memiliki keragaman mikroba yang lebih sedikit dibanding orang yang bertubuh normal. “Padahal, tingkat keragaman mikrobioma yang tinggi berdampak baik bagi tubuh. Pasalnya, variasi mikrobioma ini membantu manusia untuk menghadapi lebih banyak ancaman kesehatan.” (DOI: 10.23886/ejki.4.6291.71-5, Vol. 4. No. 2, 2016)
Apa yang terjadi dewasa ini?
Microba yang seharusnya melindungi kita, membentuk imunitas tubuh kita, perlahan dimatikan dengan penggunaan bedak, sabun, obat-obatan, antibiotik, disinfektan, dan kimia lainnya. Sehingga membuat tubuh manusia memiliki antibodi yang lemah.
Saat pandemi Covid-19, yang perlu dipahami adalah virus hanya dapat disembuhkan dengan imunitas atau kekebalan tubuh. Beda dengan infeksi bakteri yang dalam pengobatannya dapat menggunakan antibiotik.
Kekebalan tubuh menjadi kunci kekuatan di masa pandemi Covid-19 ataupun pada kondisi lainnya.